Makassar -
Ceramah merupakan salah satu bentuk dakwah untuk menyampaikan ilmu agama. Di bulan Ramadhan, ceramah kerap diadakan untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan serta meningkatkan pemahaman tentang ajaran Islam.
Mengutip Jurnal Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar yang berjudul "Hadis tentang Dakwah", membagikan pesan keagamaan seperti ceramah merupakan perintah Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَلِّغُوْا عَنِّي وَلَوْآيَةُ
(رواه البخاري) .
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: Dari Abdillah bin 'Umar berkata: Rasulullah SAW bersabda: Sampaikanlah daripadaku walaupun hanya satu ayat (HR Al-Bukhari).
Ceramah tentang Ramadhan bisa mengangkat berbagai tema menarik, seperti keutamaan bulan suci, amalan yang dapat dilakukan, serta motivasi menjalankan ibadah puasa. Nah, bagi detikers yang mencari referensi ceramah Ramadhan singkat, berikut detikSulsel menyajikan beberapa contohnya.
Yuk, simak!
Teks Ceramah Ramadhan #1: Menjaga Lisan di Bulan Ramadhan
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, pembawa risalah Islam yang penuh dengan akhlak mulia.
Hadirin yang dimuliakan Allah SWT,
Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah dan ampunan. Di bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amalan, termasuk menjaga lisan dari perbuatan ghibah dan fitnah.
Ghibah adalah membicarakan keburukan orang lain di belakangnya. Sedangkan fitnah adalah menyebarkan berita bohong yang dapat menimbulkan permusuhan.
Kedua perbuatan ini merupakan dosa besar yang dapat merusak pahala puasa dan membuat hati menjadi kotor.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga lisan di bulan Ramadhan dengan cara:
- Berbicara hal yang baik dan bermanfaat
- Menghindari membicarakan keburukan orang lain
- Selalu mengecek kebenaran informasi sebelum menyebarkannya
- Memaafkan kesalahan orang lain
- Menyibukkan diri dengan hal-hal positif
- Dengan menjaga lisan, in sha Allah kita dapat meraih kemuliaan di bulan Ramadhan dan terhindar dari dosa ghibah dan fitnah.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Doa penutup:
Ya Allah ya Muhaimin.
Jagalah lisan kami dari berkata-kata yang tidak baik.
Bimbinglah kami untuk selalu berbicara hal yang bermanfaat dan mendatangkan pahala.
Aamiin ya Rabbal'alamin.
Teks Ceramah Ramadhan #2: Sholat Tarawih di Bulan Ramadhan
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan keberkahan dan ampunan dari Allah SWT. Selama bulan Ramadhan, umat muslim dianjurkan untuk melakukan banyak amalan baik untuk mendapatkan pahala dan keberkahan dari Allah SWT. Salah satu amalan yang sangat dianjurkan di bulan Ramadhan adalah sholat Tarawih.
Sholat Tarawih adalah sholat sunnah yang dilakukan setelah sholat Isya' dan sebelum sholat witir. Rasulullah SAW dan para sahabatnya juga melakukan sholat Tarawih di bulan Ramadhan, dan hal ini dijelaskan dalam hadits riwayat Bukhari:
"Rasulullah SAW sholat di malam hari, maka para sahabatnya menyertainya. Setelah itu, di hari kedua, sholat mereka lebih banyak, dan di hari ketiga, sholat mereka pun bertambah banyak. Kemudian, Rasulullah SAW tidak melanjutkan sholat tarawih bersama mereka karena khawatir diwajibkan bagi umat muslim."
Dalam hadits tersebut, terlihat betapa pentingnya sholat tarawih dalam Islam dan betapa besar keberkahannya. Sholat tarawih juga dianggap sebagai salah satu amalan yang sangat dianjurkan di bulan Ramadhan karena bisa membantu kita memperbanyak amal ibadah dan mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT.
Selain itu, sholat tarawih juga bisa membantu kita untuk mendapatkan keberkahan dan kesejukan jiwa. Sholat tarawih dilakukan di malam hari, dimana suasana lebih tenang dan hening. Dalam Surat Al-Qadr ayat 2-3, Allah SWT berfirman, "Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan."
Dalam ayat tersebut, Allah SWT menegaskan betapa besar keberkahan dan kemuliaan malam di bulan Ramadhan. Dengan melakukan sholat tarawih di malam hari, kita bisa merasakan keberkahan dan kesejukan jiwa yang bisa membantu kita untuk lebih fokus dan khusyuk dalam beribadah.
Oleh karena itu, marilah kita manfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya untuk melaksanakan sholat tarawih di bulan Ramadhan. Dengan melaksanakan sholat tarawih, kita bisa mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT dan merasakan keberkahan serta kesejukan jiwa yang bisa membantu kita untuk lebih khusyuk dan fokus dalam beribadah.
Demikianlah ceramah singkat tentang sholat tarawih di bulan Ramadhan. Semoga kita bisa melaksanakan sholat tarawih dengan baik dan mendapatkan pahala serta keberkahan dari Allah SWT.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Teks Ceramah Ramadhan #3: Memperoleh Ampunan Melalui Tarawih
Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
Sebelum memulai, mari bersama-sama kita ucapkan bismillahirrahmanirrahim.
Wahai jamaah majelis (nama perkumpulan) yang diridhai Allah SWT. Pada kesempatan hari ini, saya akan membawakan sedikit petuah tentang memperoleh ampunan melalui sholat sunnah tarawih Ramadhan.
Seperti yang kita tahu secara umum, shalat tarawih menjadi salah satu ibadah yang dianjurkan untuk dilakukan dan bersifat sunnah muakkad. Selain itu, terdapat suatu keistimewaan tertentu yang bisa diperoleh umat Muslim.
Layaknya yang disampaikan melalui hadit, yakni:
"Barangsiapa yang melakukan ibadah (shalat Tarawih) di bulan Ramadhan hanya karena iman dan mengharapkan ridha dari Allah, maka baginya diampuni dosa-dosanya yang telah lewat". (HR Muslim).
Menurut hadits tersebut, kita dapat mendengar bahwa orang yang menjalankan ibadah Tarawih di bulan Ramadhan karena keimanannya akan memperoleh ridha Allah. Kemudian mendapatkan pengampunan atas berbagai dosa yang lampau.
Berkat adanya sunnah melaksanakan Tarawih, umat Muslim berkesempatan untuk meleburkan berbagai dosa yang telah diperbuat. Sehingga pada Hari Raya Idul Fitri bisa mendapatkan suasana yang benar-benar bersih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Teks Ceramah Ramadhan #4: Kesabaran di Bulan Ramadhan
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salah satu nama Ramadhan adalah bulan kesabaran. Mengapa disebut bulan kesabaran? Karena ibadah utama di bulan ini adalah puasa dan puasa adalah separuh kesabaran.
Rasulullah SAW bersabda:
"Puasa itu separuh kesabaran" (HR. Tirmidzi)
Menahan diri inilah bagian dari pendidikan kesabaran yang Allah canangkan melalui puasa dan Allah telah menyediakan banyak keutamaan untuk orang-orang yang sabar.
Bahwa ulama mengkategorikan kesabaran pada tiga hal:
Sabar terhadap nikmat, sebagai contoh ketika seorang mendapatkan nikmat berupa jabatan, ia harus bersyukur dan bersabar pula dalam menjalankankan jabatannya, sehingga jika ada yang mengajaknya bermaksiat, ia akan mampu menolaknya.
Sabar terhadap Musibah, yaitu saat seseorang mendapatkan kesulitan lalu ia pasrah tanpa berusaha menghilangkan kesulitan itu atau mencari solusinya dikatakan sabar.
Sabar terhadap Ibadah. Sholat, Puasa, Zakat adalah implementasi kesabaran kita untuk taat kepada Allah.
Maka barangsiapa yang mampu menjadikan dirinya sebagai orang yang sabar, Allah berjanji dan memberikan hadiah yaitu akan diliputi dan dinaungi Allah SWT dengan rahmat, perlindungan, pertolongan, dan ridha-Nya.
Semoga di bulan Ramadhan yang juga dikenal sebagai bulan kesabaran ini kita mampu melatih kesabaran kita dan dikuatkan kesabaran kita oleh Allah SWT.
Teks Ceramah Ramadhan #5: Wajibnya Muslim Puasa
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bertepatan dengan momen Ramadhan tahun ini, mari bersama-sama kita panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Berkat segala rezeki, nikmat, dan sehat yang diberikan oleh-Nya, kita sekarang bisa berkumpul di sini.
Jemaah masjid (nama masjid) yang dicintai oleh Allah SWT.
Izinkan saya sebagai penceramah hari ini menyampaikan kultum Ramadhan singkat 3 menit tentang wajibnya umat Muslim berpuasa. Adapun penyampaian yang singkat ini dimaksudkan agar tidak terlalu membuat bosan jamaah sekalian.
Dalam surah Al-Baqarah ayat 183, Allah berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
yâ ayyuhalladzîna âmanû kutiba 'alaikumush-shiyâmu kamâ kutiba 'alalladzîna ming qablikum la'allakum tattaqûn
Apa arti ayat tersebut?
"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Ayat ini menerangkan bahwa umat Muslim diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa, seperti orang yang sudah lebih dahulu ada. Jika menilik makna kalimat tersebut, Allah mewajibkan manusia untuk ibadah puasa sejak zaman nabi.
Sementara terdapat alasan pelaksanaan ibadah puasa, yaitu agar orang yang menjalankan ibadah termasuk bertakwa. Oleh karena itu, kita tidak boleh melewatkan kesempatan untuk masuk kategori tersebut.
Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
Teks Ceramah Ramadhan #6: Tetap Produktif Bekerja saat Berpuasa
Asalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh
الْحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ الْوَفَا أَمَّا بَعْدُ.
Jamaah yang Dirahmati Allah
Puasa Ramadhan bukan penghalang untuk bekerja produktif. Justru, dengan niat yang tulus dan perencanaan yang baik, ibadah puasa bisa menjadi pendorong semangat kerja. Disiplin dan pengendalian diri yang diperoleh saat berpuasa dapat diterapkan dalam mengatur waktu dan menyelesaikan tugas secara efisien.
Lantas mengapa puasa tidak menghambat produktivitas? Pertama, puasa melatih disiplin dan kontrol diri. Selama berpuasa, kita dituntut untuk menahan lapar dan haus. Disiplin ini terbawa ke dalam dunia kerja. Kita jadi lebih bisa mengatur waktu, fokus pada pekerjaan, dan menghindari hal-hal yang bisa mengganggu konsentrasi.
Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah
Kedua, puasa menyehatkan tubuh dan pikiran. Dengan pola makan teratur saat sahur dan berbuka, asupan nutrisi menjadi lebih terjaga. Hal ini berdampak positif pada kesehatan secara keseluruhan, sehingga kita tetap berenergi dan bisa bekerja secara optimal. Selain itu, puasa juga diyakini dapat meningkatkan kejernihan pikiran dan ketenangan batin, yang tentunya akan mendukung produktivitas.
Ketiga, puasa menumbuhkan semangat berbagi dan kepedulian. Suasana Ramadhan yang penuh kebersamaan dan kedermawanan bisa memotivasi kita untuk bekerja lebih giat. Dengan niat beribadah, kita akan merasa bahwa pekerjaan yang kita lakukan tidak hanya mendatangkan keuntungan finansial, tetapi juga pahala.
Jamaah yang Berbahagia
Dalam Al-Quran, Allah mengingatkan manusia bahwa bekerja untuk memenuhi nafkah keluarga termasuk kewajiban. Pada surah at-Taubah ayat 105 Allah mengingatkan pentingnya bekerja serta larangan untuk bermalas-malasan.
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَلِمٍ الْغَيْبِ وَالشَّهْدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
"Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."
Jamaah yang Berbahagia
Pada sisi lain, dijelaskan oleh Nabi Muhammad dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim bahwa bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, meskipun dengan pekerjaan yang kasar, lebih mulia daripada meminta-minta kepada orang lain. Hal ini berlaku meskipun orang yang dimintai memberi atau menolak permintaan tersebut.
لَأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ
"Sungguh seorang dari kalian yang memanggul kayu bakar dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia meminta-minta kepada seseorang, baik orang itu memberinya atau menolaknya." [HR. Bukhari dan Muslim].
Mengomentari hadits tersebut Imam Nawawi mengatakan bahwa hadits ini juga menganjurkan umat Islam untuk memakan hasil kerja sendiri, bukan hasil mencuri atau menipu. Islam mendorong umatnya untuk bekerja keras dengan sungguh-sungguh dalam mencari nafkah, karena hal ini dianggap sebagai bentuk ibadah. Rasulullah Muhammad SAW sendiri memberikan contoh dengan berusaha dan bekerja keras untuk menyediakan kebutuhan dirinya serta keluarganya.
Jamaah yang Berbahagia
Pun dalam Al-Quran, Allah SWT juga mengingatkan umatnya agar tidak hanya berdoa, namun juga melakukan usaha nyata dalam mencari rezeki. Hal ini menunjukkan bahwa Islam memandang kerja keras sebagai salah satu cara untuk mencapai keberkahan dan mendapatkan ridha Allah SWT.
Selain menekankan pentingnya usaha dan kerja keras, Islam juga menganjurkan agar setiap orang bekerja dengan cara yang halal. Konsep ini mengacu pada prinsip bahwa segala sesuatu yang diperoleh haruslah melalui cara yang sah dan tidak melanggar aturan agama.
Dalam Islam, kehalalan dalam mencari nafkah dianggap sebagai bagian penting dari ibadah dan ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu, umat Islam diajarkan untuk menghindari segala bentuk pekerjaan atau praktik yang melibatkan penipuan, korupsi, atau eksploitasi terhadap orang lain.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Imam Nawawi berkata dalam kitab Shahih Muslim;
إِنَّ فِي الْحَدِيثِ حَقًّا عَلَى الصَّدَقَةِ وَالأَكْلِ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَالاكْتِسَابِبِالْمَبَاحَاتِ.
"Sesungguhnya dalam hadits tersebut terdapat anjuran untuk bersedekah, makan dari hasil kerja tangan sendiri, dan mencari penghasilan dengan cara yang halal."
Dengan demikian, puasa bukan alasan untuk menjadi tidak produktif dalam bekerja. Justru sebaliknya, puasa melatih setiap orang untuk bisa lebih disiplin dan mandiri dalam kehidupannya.
Teks Ceramah Ramadhan #7: Merawat Hati di Bulan Ramadhan
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Umat Islam perlu merawat hatinya dengan baik di bulan Ramadhan dan bulan-bulan setelahnya. Dengan hati yang bersih dan baik, maka sifat dan karakter pun akan mengikuti.
Jika hatinya baik, maka semua perilaku kesehariannya akan baik, berkata jujur dan berperangai sopan santun kepada sesama, serta tidak mudah berburuk sangka kepada orang lain.
Oleh sebab itu, di akhir-akhir bulan Ramadhan ini, jangan pernah berhenti untuk memperbaiki hati yang kotor.
Terus berbenah diri untuk bisa berubah menjadi hamba yang semakin taat dalam menunaikan segala kewajiban dan tanggung jawab, serta berperilaku baik kepada sesama. Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah menyampaikan:
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
Artinya: "Ingatlah, sesungguhnya dalam jasad seseorang terdapat segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik maka baik pula seluruh jasadnya. Namun apabila segumpal daging itu rusak maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah, bahwa segumpal daging itu adalah hati." (HR Al-Bukhari).
Imam An-Nawawi dalam salah satu karyanya mengatakan hadis ini menjadi penguat pentingnya memperbaiki hati dan menjaganya dari hal-hal yang bisa merusak kesucian hati. (An-Nawawi, Syarhun Nawawi 'ala Muslim, [Daru Ihya At-Turats: 1392], juz XI, halaman 29).
Sementara itu, menurut Syekh Ibnu Ajibah dalam salah satu karyanya, mengatakan bahwa hati merupakan setir, sedangkan anggota badan yang lain merupakan penumpangnya.
Jika penyetir membawa pada jalan yang benar, maka semua anggota badannya akan terus memancarkan kebenaran. Sebaliknya, jika diarahkan pada kesalahan, maka selama itu pula akan terus mencerminkan kesalahan.
Jika dalam hati seseorang sudah melekat sifat zuhud, maka akan terpancar dalam anggota badan yang lainnya sebagai pribadi yang selalu bersandar kepada Allah dan menerima setiap kejadian yang menimpanya.
Ia akan lebih percaya pada apa yang menjadi ketentuan Allah daripada apa yang sedang ada dalam rencananya sendiri. (Ibnu Ajibah, Iqazhul Himam Syarhu Matnil Hikam, [Beirut, Darul Ma'rifah: tt], halaman 60).
Dapat disimpulkan bahwa menjaga hati merupakan salah satu hal penting dalam Islam. Imam Az-Zarnuji dalam karyanya bahkan berpendapat mempelajari gerak-gerik hati merupakan salah satu pelajaran yang wajib untuk diketahui semua umat Islam tanpa terkecuali, karena hanya dengan ilmu tersebut seseorang bisa mengontrol hatinya dengan kendali-kendali yang benar. (Imam Az-Zarnuji, Ta'limul Muta'allim 'ala Thariqatut Ta'aallum, [Darul Kutub Ilmiah: tt], halaman 14)
Teks Ceramah Ramadhan #8: Pahala Memberi Makan Orang Puasa
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Bismillaahirrahmaanirrahiim..
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
Alhamdulillahi rabbil 'alamin. Wassholatu wassalamu 'ala asyrafil ambiyaai wal mursalin. wa'ala alihi wa ashhabihi waman tabi'ahum bi ihsanin ilaa yaumiddin. Amma ba'du.
Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Rahmat dan keselamatan semoga terlimpah atas paling mulianya nabi dan rasul, juga atas keluarga dan para sahabat, serta kepada yang mengikuti mereka dalam kebenaran sampai hari kiamat. Amma ba'du,
Alhamdulillah, kita dalam berkumpul dalam majelis dakwah yang insyaallah selalu dirahmati Allah SWT. Pada kesempatan berbahagia ini, dai akan ceramah pendek Ramadhan 2025 bertajuk "Pahala Memberi Makan Orang Puasa."
Hadirin kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah,
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang mulia karena di waktu tersebut umat Islam diwajibkan berpuasa sebagai cerminan orang-orang bertakwa. Pada bulan Ramadhan, kaum muslim tidak hanya menjalankan puasa wajib, tetapi juga bisa menunaikan berbagai ibadah sunah lain seperti sholat Tarawih, iktikaf, tadarus Al-Qur'an, hingga sedekah.
Salah satu bentuk sedekah yang kerap dilakukan beberapa umat Islam menjelang datangnya waktu Magrib atau mendekati masa berbuka puasa adalah memberi makan orang puasa. Berbagi makan kepada orang yang berpuasa dapat berupa menu-menu ringan, berat, hingga minuman.
Sedekah merupakan amalan utama yang dianjurkan Nabi Muhammad saw. untuk dilakukan di bulan Ramadhan. Dalam sebuah riwayat dari Anas ra., sahabat bertanya kepada Rasulullah saw. sebagai berikut:
"'Wahai Rasulullah, sedekah apa yang paling utama?' Rasulullah SAW menjawab, 'Sedekah di bulan Ramadhan,'" (HR. At-Tirmidzi).
Berbagi makan kepada orang yang puasa pahalanya seperti memperoleh pahala dari orang yang berpuasa. Dalam riwayat dari Zaid bin Khalid Al-Juhani, Nabi Muhammad saw. pernah bersabda mengenai pahala bersedekah makanan kepada orang yang berpuasa Ramadhan sebagai berikut:
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
Artinya:
"Barangsiapa memberi buka puasa bagi orang puasa, maka ia mendapatkan seperti pahala orang yang berpuasa, tanpa mengurangi pahala orang yang puasa sedikitpun," (HR. Tirmidzi).
Hadirin kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah,
Sedekah dalam hal ini memberi makan orang puasa merupakan amalan yang tidak merugikan diri kita. Sedekah justru membuat kekayaan seseorang menjadi berkah, karena pada dasarnya sebagai kecil dari harta tersebut adalah hak milik orang lain. Allah SWT. berfirman dalam Al-Qur'an Surah Az-Zariyat ayat 19 sebagai berikut:
وَفِيْٓ اَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّاۤىِٕلِ وَالْمَحْرُوْمِ
Arab Latinnya:
Wa fī amwālihim ḥaqqul lis-sā'ili wal-maḥrūm(i).
Artinya:
"Pada harta benda mereka ada hak bagi orang miskin yang meminta dan yang tidak meminta," (QS. Az-Zariyat [51]: 19).
Di sisi lain, sedekah seperti memberi makan orang puasa di bulan Ramadhan memiliki pahala yang dilipatgandakan hingga 70 kali. Dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim disebutkan sebagai berikut:
"Barangsiapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan, barangsiapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu, nilainya sama dengan 70 kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya. Keutamaan sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadhan." (HR. Bukhari dan Muslim)".
Hadirin kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah,
Demikianlah ceramah pendek Ramadhan 2025 tentang "Pahala Memberi Makan Orang Puasa". Semoga kita diberikan rezeki yang halal dan barokah sehingga dapat bersedekah di bulan suci ini. Terlebih lagi Allah SWT, menjadi ridha atas segala amalan yang kita kerjakan. Amin amin ya rabbal alamin.
Akhirul kalam wabillahi taufiq wal hidayah,
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Teks Ceramah Ramadhan #9: Bulan Ramadhan Sejuta Pesona
Assalamualaikum Wr. Wb.
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahi rabbil 'alamina, washolatu was salaamu 'ala asyrofil anbiyaa-i wal mursaliina sayyidina wa maulaana muhammadin, wa 'ala aalihi wa shohbihi ajma'iina. Amma ba'du.
Sejak bumi dan langit diciptakan, Allah menetapkan 12 bulan dalam setahun (QS. At-Taubah: 36). Itulah perhitungan waktu yang berlaku sepanjang sejarah manusia, sejak Adam hadir ke bumi sampai kiamat terjadi. Satu dari 12 bulan tersebut bernama Ramadhan.
Pernahkah kita bertanya dalam diri, kenapa di bulan Ramadhan Allah wajibkan kita untuk melaksanakan shaum (menahan diri) selama sebulan penuh dari terbit fajar sampai tenggelam matahari serta qiyam (berdiri beribadah) di malam hari?
Menariknya lagi, setiap tahun Ramadhan datang menemui kita tanpa kita minta. Tanpa diundang ia datang membawa sejuta pesona dan keistimewaan serta memberikan berbagai manfaat dalam hidup dan kehidupan kita. Tujuannya tidak lain kecuali agar kita setiap tahun mendapat kesempatan mengikuti training manajemen syahwat secara cuma-cuma.
Ramadhan adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah pada kita, agar kita dapat kesempatan mengikuti Training Manajemen Syahwat tersebut secara intensif dan berulang-ulang. Hal tersebut disebabkan karena syahwat adalah ancaman permanen terbesar dalam diri orang-orang beriman.
Syahwat bisa membinasakan kehidupan kita, baik di dunia maupun di akhirat. Syahwat bisa membutakan mata hati dan pikiran kita sehingga yang haram menjadi halal, yang halal menjadi haram, yang baik menjadi buruk, yang buruk menjadi baik, dan seterusnya.
Perlu kita sadari, syahwat akan selalu menjadi ancaman dalam diri kita selama hayat dikandung badan. Sebab itu, kita harus mampu mengatur syahwat secara benar, maksimal, dan berkesinambungan. Agar kita mampu mengaturnya, di antaranya, Allah syariatkan pada kita kewajiban mengikuti Training Manajemen Syahwat sebulan dalam setahun.
Artinya, seperduabelas (1/12) dari umur kita, khususnya sejak remaja (mukallaf), kita habiskan untuk mengikuti training manajemen syahwat. Subhanallah! Pantas jika target utama shaum Ramadhan itu adalah agar kita meraih derajat tertinggi di sisi-Nya.
Demikian ceramah singkat ini, semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT dan berhasil menyelesaikan ibadah selama satu bulan Ramadhan. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Teks Ceramah Ramadhan #10: Membangun Jiwa Takwa, Menempa Diri di Bulan Suci
Alhamdulillah kita berada pada bulan yang penuh rahmah dan ampunan Allah, yaitu bulan suci Ramadhan. Sebagian dari hikmah puasa adalah meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah dan menempa diri di bulan suci Ramadhan.
Puasa di bulan Ramadhan kita lakukan tidak hanya dengan menahan lapar dan haus selama siang hari, tetapi juga dengan memperbaiki diri secara vertikal, horizontal, jasmani, dan rohani. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah: 183:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa."
Ayat di atas menjelaskan bahwa tujuan puasa adalah bertaqwa kepada Allah. Menurut Imam Fakhrur Razi dalam kitab tafsirnya Ar-Razi, beliau menjelaskan bahwa puasa dapat menjadikan seseorang bertaqwa kepada Allah, karena puasa menjadikan seseorang dapat menahan syahwat dan hawa nafsu, sehingga menjauhkannya dari perbuatan tercela, perbuatan sombong, serta perbuatan yang keji dan munkar.
Seseorang yang sering melakukan puasa, mudah baginya untuk menghindarkan diri dari perbuatan tercela. Harapan utama dari seorang yang puasa adalah menghindarkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak baik. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وشرابه
Artinya: "Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan yang kotor dan melakukannya, maka Allah tidak memiliki hajat padanya yang telah meninggalkan makanan dan minumnya." (HR. Bukhari).
Dalam hadits ini Nabi mengingatkan kepada umatnya, agar tidak menganggap puasa hanya sebatas meninggalkan makan dan minum. Berpuasa, namun tetap melakukan perbuatan tercela, seperti berkata dusta, senang berbohong, dan mengucapkan kalimat yang kotor. Maka Nabi mengingatkan bahwa siapapun yang berpuasa, tidak makan, tidak minum, namun tetap mengerjakan hal yang tercela, maka Allah tidak peduli terhadap puasanya, tiada pahala baginya. Lebih lanjut, terdapat hadits shahih yang diriwayatkan Imam Ibnu Majah, Nabi bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ، وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَرُ
Artinya: "Banyak orang yang berpuasa, tidak mendapat pahala puasa kecuali hanya lapar. Banyak orang yang bangun malam, tidak mendapat pahala kecuali hanya bangun malam." (HR. Ibnu Majah)
Hadits ini memberikan motivasi dan dorongan kepada orang yang berpuasa untuk meninggalkan kemaksiatan, serta mendorong untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah. Syekh Hafidz Hasan Al Mas'udi dalam kitabnya Taisirul Khalaq menjelaskan, bahwa taqwa adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya, baik terang-terangan maupun rahasia.
Taqwa bisa digapai dengan cara menghindarkan diri dari perbuatan tercela dan menghiasi diri dengan perbuatan yang mulia. Harapannya, orang yang berpuasa di bulan Ramadhan dapat menggapai derajat ketakwaan kepada Allah. Selanjutnya Syekh Hafidz Hasan Al Mas'udi menjelaskan, takwa dapat dibangun seseorang dengan beberapa hal.
Pertama. introspeksi diri. Seseorang hendaknya melihat bahwa dirinya adalah seorang hamba yang hina, sedangkan Tuhannya adalah Dzat Yang Maha Mulia dan Kuasa. Maka tidak pantas bagi seorang hamba yang hina menentang terhadap perintah Tuhannya Yang Maha Kuasa, karena jiwa raganya ada pada kekuasaan Tuhannya.
Bulan Ramadhan ini adalah bulan introspeksi diri, dengan merasa diri ini adalah hamba yang hina, lemah, dan banyak dosa, agar kita malu kepada Allah, sehingga menjadi hamba yang bertaqwa dan taat kepada Allah.
Kedua, selalu mengingat dan mensyukuri nikmat-nikmat dari Allah. Perlu diingat bahwa kita telah diberikan nikmat keimanan, keislaman, kesehatan, kehidupan dan kebaikan oleh Allah, bahkan jika kita menghitung nikmat Allah, kita tidak bakal bisa menghitungnya, maka tidak sepatutnya bagi kita untuk mengingkari nikmat Allah.
Ingat, barangsiapa mensyukuri nikmat Allah, maka Allah akan memberikan keberkahan baginya, dan barangsiapa mengingkarinya, sesungguhnya azab Allah sangat pedih. Mari kita syukuri nikmat Allah di bulan Ramadhan ini dengan melakukan kebaikan dan menjauhi kemaksiatan.
Ketiga, mengingat mati. Seseorang yang menyadari bahwa dirinya besok akan mati, pasti dihadapkan pada dua hal, antara surga dan neraka. Kesadaran ini akan mendorongnya untuk berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya, sesuai kemampuannya.
Apalagi di bulan Ramadhan ini, kebaikan dilipatgandakan pahalanya, maka sudah sepatutnya kita banyak melakukan kebaikan di bulan suci ini, seperti sholat berjemaah, sholat Tarawih, tadarus Al-Qur'an, membantu terhadap yang membutuhkan, peduli sosial, berbagi takjil, menebarkan rahmat dan kasih sayang, serta kebaikan lainnya.
Mengapa kita perlu bertakwa? Orang yang bertakwa akan mendapatkan dua keberuntungan, yaitu keberuntungan dunia dan keberuntungan akhirat. Keberuntungan di dunia maksudnya adalah ia akan mendapat kemuliaan yang tinggi, nama baik, dan dicintai masyarakatnya.
Orang yang bertaqwa akan dimuliakan masyarakat umum, orang yang bertakwa juga akan dihormati oleh pemimpin, dan setiap orang menilainya sebagai orang yang pantas diberikan kebaikan dan kehormatan. Sedangkan keberuntungan akhirat maksudnya adalah keselamatan dari api neraka dan keberuntungan masuk surga Allah. Wallahu a'lam.
Teks Ceramah Ramadhan #11: Hakikat Ibadah Puasa
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Innalhamdalillah washolatu wasalamu ala rosulillah sayyidina Muhammad ibni abdilah waala alihi wasohbihi wamawalah (amma ba'du).
Jemaah masjid yang semoga Allah muliakan dunia dan akhirat.
Alhamdulillah, dengan izin Allah kita bisa berkumpul di masjid ini untuk menjalankan perintah-Nya. Mudah-mudahan kita dapat meraih pahala dan pengampunan dari Allah SWT di bulan penuh rahmat ini.
Jamaah yang dirahmati Allah SWT,
Ibadah puasa disyariatkan kepada umat Nabi Muhammad SAW. Ibadah puasa diwajibkan bagi umat Islam selama bulan Ramadhan pada setiap tahunnya. Ibadah puasa sejatinya bukan syariat baru. Ibadah puasa telah disyariatkan kepada umat-umat terdahulu sebelum umat Nabi Muhammad SAW.
Ibadah puasa mengandung banyak manfaat dan keutamaan bagi umat manusia baik secara jasmani maupun secara rohani. Oleh karena itu, ibadah puasa tidak hanya disyariatkan kepada umat terdahulu, tetapi juga umat Nabi Muhammad SAW, umat akhir zaman.
Ibadah puasa sendiri cukup unik. Ibadah puasa berbeda dari jenis ibadah lainnya. Pada ibadah puasa, umat Islam diperintahkan untuk menahan dan meninggalkan sesuatu (takhalli), bukan diperintahkan untuk melakukan sesuatu. Karena sifatnya yang takhalli, ibadah puasa tidak terlihat secara kasat mata. Sifat takhalli ini menempatkan ibadah puasa menjadi istimewa.
Imam Al-Ghazali menjelaskan keistimewaan ibadah puasa. Imam Al-Ghazali dalam karyanya yang terkenal Ihya Ulumiddin menjelaskan hakikat puasa. Imam Al-Ghazali menyebut secara singkat dan tepat perihal hakikat puasa sebagaimana berikut:
أن الصوم كف وترك وهو في نفسه سر ليس فيه عمل يشاهد وجميع أعمال الطاعات بمشهد من الخلق ومرأى والصوم لا يراه إلا الله عز و جل فإنه عمل في الباطن بالصبر المجرد
Artinya: "Puasa itu menahan diri dan meninggalkan (larangan puasa). Puasa pada hakikatnya sebuah rahasia. Tidak ada amal yang tampak padanya. Kalau semua ibadah disaksikan dan dilihat oleh makhluk, ibadah puasa hanya dilihat oleh Allah SAW. Puasa adalah amal batin, murni kesabaran," (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz I, halaman 293).
Dari penjelasan ini, kita dapat mengerti bahwa keutamaan dan inti ibadah puasa adalah kesabaran dengan ganjaran tiada tara. Kita dapat mengerti mengapa hadits qudsi selalu mengatakan, "Ibadah puasa (dipersembahkan) untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya."
Puasa mengambil seperempat bagian dari keseluruhan keimanan karena "Puasa itu setengah dari kesabaran," (HR At-Tirmidzi). Sedangkan, "Kesabaran mengambil setengah bagian dari keimanan," (HR Abu Nu'aim dan Al-Khatib).
Adapun manfaat dari puasa adalah menurunkan keinginan-keinginan syahwat yang menjadi lahan subur setan. Dengan lapar dan haus puasa, lahan subur dan medan pacu setan menyempit dan terbatas.
Ibadah puasa bermanfaat untuk menaklukkan setan karena syahwat-syahwat itu merupakan jalan masuk setan, "musuh" Allah. Sedangkan syahwat pada manusia itu menguat oleh sebab makan dan minum.
Dari sini kemudian, ibadah puasa menjadi pintu ibadah dan tameng atau perisai bagi mereka yang berpuasa. Ibadah puasa mempersempit ruang gerak setan di dalam tubuh orang yang berpuasa.
قال صلى الله عليه وسلم إِنَّ الشَّيْطَانَ لَيَجْرِي مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ فَضَيِّقُوْا مَجَارِيَهُ بِالجُوْعِ
Artinya, "Rasulullah SAW bersabda, 'Sungguh, setan itu berjalan pada anak Adam melalui aliran darah. Oleh karena itu, hendaklah kalian mempersempit aliran darah itu dengan rasa lapar,' (HR. Muttafaq alaihi)," (Al-Ghazali, 2018 M: I/293).
Ketika puasa membatasi, mempersempit ruang gerak, dan menutup jalan bagi setan, maka orang yang berpuasa layak diistimewakan oleh Allah dengan ganjaran yang tak terduga baik kuantitas maupun kualitasnya. Wallahu a'lam.
Demikianlah ceramah yang dapat saya sampaikan, lebih dan kurangnya mohon dimaafkan. Saya akhiri dengan ucapan wabillahi taufik wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Teks Ceramah Ramadhan #12: Memaksimalkan Kedermawanan di Bulan Ramadhan
Asalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh
الْحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ الْوَفَا أَمَّا بَعْدُ.
Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia,
Kedermawanan sudah seharusnya menjadi ciri khas orang-orang bertakwa. Orang dermawan disukai oleh siapa saja, terutama disukai oleh Allah. Banyak sekali perintah dalam Al-Quran atau hadis agar kaum muslimin gemar berinfak dan bersedekah. Selain ganjaran pahala melimpah, orang yang dermawan memperoleh rahmat Allah dan rezeki yang tidak pernah surut.
Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan. Kedermawanan beliau semakin meningkat di bulan Ramadhan. Saking takjubnya para sahabat dengan kedermawanan Rasulullah, maka kedermawanan beliau di bulan Ramadhan dikiaskan melebihi lembutnya angin yang berhembus, masyaAllah!
Jika kita berinfak atau bersedekah setiap hari selama bulan Ramadhan, maka kebiasaan tersebut akan membekas dan menjadi kebiasaan permanen yang sangat positif. Jangan dilihat besar atau kecilnya jumlah uang yang kita sedekahkan. Yang sangat mahal adalah keberhasilan kita menjadi dermawan setiap hari.
Jamaah yang dimuliakan Allah
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran mengenai orang orang yang dermawan:
الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَهُم بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَاخَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
"Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati." (Q.S. Al-Baqarah: 274).
Selain itu, dalam firman-Nya, Allah juga mengingatkan betapa besar pahala infak dan sedekah sangat berlimpah. Allah berfirman:
مثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنُبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضْعِفُ لِمَن يَشَاءُ وَاللَّهُ وَسِعٌ علِيمٌ
"Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui." (Q.S. Al-Baqarah: 261).
Jamaah yang dimuliakan Allah
Oleh karena itu, anjuran meneladani kedermawanan Rasulullah, terlebih di bulan Ramadhan, tercantum dalam hadisnya.
إِنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلام يَلْقَاهُ كُلَّ لَيْلَةٍ فِي رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِحْ يَعْرِضُ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامِ كَانَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
"Sesungguhnya Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling lembut (dermawan) dalam segala kebaikan. Dan 53 kelembutan Beliau yang paling baik adalah saat bulan Ramadhan ketika Jibril alaihissalam datang menemui Beliau.
Dan Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau pada setiap malam di bulan Ramadhan (untuk membacakan Al Qur'an) hingga Al Qur'an selesai dibacakan untuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Apabila Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau, maka Beliau adalah orang yang paling lembut dalam segala kebaikan melebihi lembutnya angin yang berhembus"." (Muttafaq Alaih).
Maksud dari kedermawanan Rasulullah SAW melebihi lembutnya angin yang berhembus adalah:
أَشَارَ بِهِ إِلَى أَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْإِسْرَاعِ بِالْجُودِ أَسْرَعَ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ، وَإِلَى عُمُومِ النَّفْعِ بِجُوْدِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا تَعُمُ الرِّيحُ الْمُرْسَلَة جَمِيعَ تَهُبُ عَلَيْهِ.
"Menunjukkan sangat cepat dalam hal kedermawanan melebihi cepatnya angin ketika berhembus. Kedermawanan Nabi SAW juga memberikan manfaat yang menyeluruh seperti hembusan angin yang memberikan manfaat pada apa yang dilewatinya."
Jamaah yang dimuliakan Allah
Orang dermawan dijamin tidak akan merasa takut dan sedih, terutama di akhirat. Al Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsirnya, Mafatih Al-Ghaib menulis sebagai berikut:
إِنَّهَا تَدُلُّ عَلَى أَنَّ أَهْلَ الثَّوَابِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيُتَأَكَّدُ بِذَلِكَبِقَوْلِهِ تَعَالَى (لَا يَحْزُقُهُمُ الْفَزَعُ الْأَكْبَرُ).
"Sesungguhnya (ayat 274 Al-Baqarah) menunjukkan bahwa orang yang mendapat ganjaran sedekah tidak merasa ketakutan pada hari kiamat, hal ini dikuatkan dengan ayat Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar pada (hari kiamat),(QS. Al-Anbiya: 103)"
Jamaah yang dimuliakan Allah
Jangan lewatkan kesempatan di bulan Ramadhan untuk meningkatkan kedermawanan dengan cara bersedekah atau berinfak serajin mungkin agar kita tetap menjadi dermawan setiap hari walaupun Ramadhan telah pergi.
Itulah kumpulan contoh ceramah Ramadhan yang bisa disampaikan untuk menyebarluaskan pesan keagamaan. Semoga bermanfaat,detikers!
(edr/alk)