Daftar Isi
- Daftar Filosofi Hidup Orang Jawa 1. Pring Dheling tegese kendel lan eling, kendel mergo eling tinimbang grundel nganti suwing 2. Aja dadi uwong sing rumangsa bisa lan rumangsa pinter, nanging dadiya uwong sing bisa lan pinter rumangsa 3. Kawula mung saderma, mobah mosik kersaning hyang sukmo 4. Sabar iku lire momot kuat nandhang sakening coba lan pandhadharaning urip 5. Alon-alon waton kelakon 6. Pring Petung, urip iku suwung senajan suwung nanging ojo podo nganti bingung 7. Memayu hayuning pribadi, memayu hayuning kulawarga, memayu hayuning sesama, memayu hayuning bawana 8. Ana dina ana upa, ora obah ora mamah 9. Kadang lathi iso gawe loroning ati 10. Pring kuwi suket, dhuwur tur jejeg rejeki seret ora udah podo buneg 11. Gusti Allah paring pitedah bisa lewat bungah, bisa lewat susah 12. Pring Wuluh, urip iku tuwuh ojo mung embuh ethok-ethok ora eruh 13. Sabar iku lire momot kuat nandhang sakening coba lan pandhadharaning urip 13. Pring Apus, urip iku lampus dadi wong urip ojo apus-apus 14. Sapa temen bakal tinemu 15. Sura dirajayaningrat, lebur dening pangastuti 16. Menungso podo eling yang tekan titi wancine bakal digotong anggo pring, bali neng ngisor lemah podo ngisor oyot pring 17. Ampun mbedakaken marang lintune 18. Sapa tekun bakal tekan 19. Aja dadi kacang kang lali karo kulite 20. Pring Kuning, urip iku eling wajib podo eling marang sing peparing 21. Sak apik-apike wong yen awehi pitulung kanthi cara dedemitan 22. Pring Cendhani, urip iku wani ngadepi ojo mlayu mergo wedhi 23. Pring Ori, urip iku mati kabeh sing urip mesti bakale mati
Solo -
Pada kehidupan masyarakat Jawa ada sejumlah nilai yang dipegang teguh secara turun-temurun, salah satunya tentang filosofi hidup yang diterapkan dalam keseharian. Berikut akan dipaparkan contoh kumpulan filosofi hidup orang Jawa yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi masyarakat.
Sebagaimana diketahui, filosofi biasanya digambarkan sebagai sebuah hal yang masih dipegang oleh masyarakat suatu tempat. Tak terkecuali masyarakat Jawa yang masih memegang filosofi hidup tertentu untuk diterapkan dalam keseharian.
Cara tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan etika dan keseimbangan harmoni kehidupan. Filosofi kehidupan orang Jawa mencakup nilai-nilai, keyakinan, serta prinsip yang telah ada sejak zaman dahulu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penasaran ingin tahu seperti apa filosofi hidup dan ajaran moral yang kerap menjadi pedoman bagi masyarakat Jawa dalam menjalani kehidupan? Berikut rangkuman informasinya!
Dikutip dari buku Asal Usul Orang Jawa: Menelusuri Jejak-jejak Genealogis dan Histori Orang Jawa oleh Fery Taufiq El-Jaquene, laman resmi Desa Jatimulyo, Petanahan, Kebumen, dan buku Optimisme dalam Nilai Filosofi Budaya Jawa oleh Siti Nur Azizah, dkk, berikut kumpulan filosofi hidup orang Jawa.
1. Pring Dheling tegese kendel lan eling, kendel mergo eling tinimbang grundel nganti suwing
Artinya: Orang hidup haruslah tahu diri dan selalu mawas diri, jangan selalu menggerutu dalam menjalani kehidupan. Sebab, kehidupan memiliki makna menghidupi. Sesuatu yang manusia jalani di dunia selalu menuai sisi gelap dan terang, maka sudah sepantasnya harus berlaku terbuka tidak menggerutu setiap masalah yang ada.
2. Aja dadi uwong sing rumangsa bisa lan rumangsa pinter, nanging dadiya uwong sing bisa lan pinter rumangsa
Artinya: Jangan jadi orang yang merasa bisa dan merasa pintar, tetapi jadilah orang yang bisa dan pintar merasa.
3. Kawula mung saderma, mobah mosik kersaning hyang sukmo
Artinya: Lakukan yang menjadi tugas manusia, selebihnya serahkan kepada Tuhan.
4. Sabar iku lire momot kuat nandhang sakening coba lan pandhadharaning urip
Artinya: Sabar itu merupakan sebuah kemampuan untuk menahan segala macam godaan dalam hidup.
5. Alon-alon waton kelakon
Artinya: Lebih baik pelan-pelan tetapi bisa terlaksana.
6. Pring Petung, urip iku suwung senajan suwung nanging ojo podo nganti bingung
Artinya: Hidup itu selalu dipenuhi masalah, dan terkadang masalah membuat diri kita semakin suntuk atau suwung. Namun meskipun hidup penuh masalah, kita hendaknya jangan selalu bingung.
7. Memayu hayuning pribadi, memayu hayuning kulawarga, memayu hayuning sesama, memayu hayuning bawana
Artinya: Berbuatlah baik bagi diri sendiri, keluarga, sesama manusia, makhluk hidup, dan seluruh dunia.
8. Ana dina ana upa, ora obah ora mamah
Artinya: Rezeki dijemput karena sudah disediakan oleh Tuhan.
9. Kadang lathi iso gawe loroning ati
Artinya: Hati-hati dalam berbicara, sebab kadang lidah bisa membuat sakit hati.
10. Pring kuwi suket, dhuwur tur jejeg rejeki seret ora udah podo buneg
Artinya: Walaupun bambu termasuk sejenis keluarga rumput namun dapat berdiri tegak, walaupun rezeki sedang seret hendaknya jangan terlalu suntuk.
11. Gusti Allah paring pitedah bisa lewat bungah, bisa lewat susah
Artinya: Tuhan memberikan petunjuk bisa melalui cara bahagia ataupun dengan penderitaan.
12. Pring Wuluh, urip iku tuwuh ojo mung embuh ethok-ethok ora eruh
Artinya: Hidup itu tuwuh yaitu selalu dinamis dan menjadi orang janganlah bersikap acuh dan pura-pura tidak tahu menahu apa yang seharusnya kita ketahui. Sebenarnya ini berhubungan dengan masyarakat. Orang Jawa menjunjung tinggi nilai sosial, sesama manusia harus saling memerhatikan, menolong, mengayomi satu sama lain. Jangan hanya hidup yang apatis, bersikap acuh-tak acuh dan kemudian hari menyakiti diri sendiri. Sebab bagaimanapun keadaan kita di masyarakat, ketika ada segala hal yang datang pertama adalah tetangga.
13. Sabar iku lire momot kuat nandhang sakening coba lan pandhadharaning urip
Artinya: Sabar itu merupakan sebuah kemampuan untuk menahan segala macam godaan dalam hidup.
13. Pring Apus, urip iku lampus dadi wong urip ojo apus-apus
Artinya: Walaupun hidup dinamis, namun hidup juga mudah rapuh atau lampus. Maka dari itu, orang janganlah suka berbohong agar hidup kita tidak semakin rapuh.
14. Sapa temen bakal tinemu
Artinya: Siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan sesuai harapan.
15. Sura dirajayaningrat, lebur dening pangastuti
Artinya: Segala sifat keras hati, angkara murka, hanya bisa dikalahkan oleh sikap bijak, sabar, dan lembut.
Artinya: Apabila manusia sudah sampai waktunya (dalam keadaan meninggal dunia) juga akan diusung dengan keranda yang terbuat dari bambu menuju ke tempat peristirahatan terakhir. Sebagaimana hal ini dapat temui dalam upacara kematian masyarakat pedesaan Jawa. Setelah diusung dan dimakamkan, maka sang manusia tersebut akan kembali kepada bumi dan beriringan dengan akar-akar bambu.
17. Ampun mbedakaken marang lintune
Artinya: Jangan pernah membeda-bedakan manusia.
18. Sapa tekun bakal tekan
Artinya: Siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan sesuai harapan.
19. Aja dadi kacang kang lali karo kulite
Artinya: Jangan jadi orang yang mudah melupakan pengorbanan dan bantuan dari orang lain.
20. Pring Kuning, urip iku eling wajib podo eling marang sing peparing
Artinya: Hidup harus selalu ingat kepada Sang Maha Pengasih. Pada hakekatnya manusia adalah makhluk lemah dariNya. Terbuat dari tanah dan kembali ke tanah. Tidak ada suatu hal apapun yang disombongkan dalam kehidupan. Sebab sifat kesombongan cukup Tuhan yang memilikinya.
21. Sak apik-apike wong yen awehi pitulung kanthi cara dedemitan
Artinya: Sebaik-baiknya orang adalah yang memberi pertolongan secara sembunyi-sembunyi.
22. Pring Cendhani, urip iku wani ngadepi ojo mlayu mergo wedhi
Artinya: Dalam menjalani hidup kita sudah sepantasnya menjadi seorang yang pemberani, berani menghadapi segala situasi dan jangan lari karena takut. Dalam Jawa pun ditegaskan menggunakan istilah "Nek wani ojo wedi-wedi, nek wedi ojo wani-wani" maksudnya adalah jika berani jangan takut-takut dan jika takut jangan berani-berani. Kedua falsafah ini sebenarnya saling berkaitan. Yang pertama mengedepankan tidak perlu takut dalam hal apa pun, terlebih itu kebaikan, tentu harus selalu berdiri tegak memperjuangkannya. Namun ketika masih ragu-ragu, mengambillah alternatif yang kedua, yaitu putuskan satu pilihan, berani atau tidak.
23. Pring Ori, urip iku mati kabeh sing urip mesti bakale mati
Artinya: Hidup itu mati dan semua yang hidup pasti mengalami kematian. Di bumi ini tidak ada yang kekal. Seseorang yang memiliki ilmu kanuragan hebat pun akan menghampiri kematian. Kekekalan hanya dimiliki Tuhan Yang Maha Esa, dan kita sebagai manusia sudah sepantasnya mengakui bahwa kehidupan ini sebenarnya sebagai modal untuk mati.
Demikian tadi kumpulan filosofi kehidupan orang Jawa yang beberapa di antaranya masih diterapkan hingga sekarang. Semoga artikel ini bermanfaat, detikers!
(sto/apu)